Senin, 21 Juni 2010

IT EXPO KUPANG 2010 4 S/D 10 AGUSTUS 2010


Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah propinsi kepulauan, dimana masing-masing daerah tingkat II kebanyakan berada pada pulau yang berbeda. Masyarakat Nusa Tenggara Timur menjuluki propinsi ini sebagai miniatur Republik Indonesia, dimana semua suku bangsa di Indonesia sudah berbaur menjadi satu (1) di dalamnya. Bahkan kerukunan umat beragama bisa dijadikan contoh teladan yang baik bagi daerah lain di Indonesia. Kebanggaan tersebut masih kurang dirasa apabila kita melihat tingkat kelulusan semua jenjang di Nusa Tenggara Timur. Coba kita lihat bahwa tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN) SMP/MTs/SMPT 2010 turun 4,78 persen dibanding tahun 2009 presentasinya mencapai 95,05 persen, sementara tahun ini turun menjadi 90,27 persen. Bila dilihat dari jumlah sekolah yang tahun ini dinyatakan memiliki hasil kelulusan nol persen terdapat 561 sekolah di seluruh Indonesia dengan jumlah siswa mengulang sebanyak 9.283 siswa (0,26 persen) dari total peserta 3.605.163 siswa. "Sekolah yang terbanyak angka ketidaklulusannya, antara lain di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 39,87 persen dan Propinsi Gorontalo sebesar 38,80 persen sedangkan angka ketidaklulusan terendah di Propinsi Bali yakni 1,4 persen," kata Mendiknas. Sedangkan tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN) siswa SMA dan MA tahun 2010 secara nasional mengalami penurunan sebesar 4 persen bila dibanding tahun 2009 lalu, yakni dari 93,74 persen menjadi 89,88 persen. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), kata Nuh, juga merilis beberapa provinsi di kawasan timur Indonesia masih menjadi yang terbanyak ketidaklulusan siswa SMA dan MA. Provinsi tersebut diantaranya Gorontalo (53 persen) Nusa Tenggara Timur/NTT (52,8 persen), dan Maluku Utara (41 persen), Sulawesi Tenggara /Sultra (35 persen) Kalimantan Timur/Kaltim (30 persen) dan Kalimantan Tengah/Kalteng (39 persen). Bercermin dari alasan tersebut, perlulah kiranya ada paradigma baru bagi pendidik dan peserta didik di wilayah ini dengan modal belajar yang memadai. Antara lain modal tersebut adalah sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar. Hal baik yang perlu disampaikan bahwa di Indonesia sebelah barat metode pembelajaran dengan menggunakan Laptop / Netbook sudah menjadi kebiasaan, dimana siswa dibekali Laptop tersebut untuk membuat presentasi, percobaan, searching di internet hal-hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Bayangkan saja, andaikata pendidik hanya berbekal buku-buku pelajaran yang mungkin kurang uptodate, maka kita akan selalu tertinggal jauh, sedangkan di wilayah lain metode dan materi pembelajaran sudah sangat uptodate dengan mencari materi-materi terkini lewat dunia maya. Dalam bidang lain, misalnya pemerintahan, sudah waktunya untuk berbenah mengikuti trend yang sedang berkembang agar kinerja personal menjadi lebih baik lagi. Tentunya dengan fasilitas ICT yang memadai, harga terjangkau dan kualitas yang mencukupi. Biasanya kalau permintaan yang seperti ini, kita selalu membayangkan bahwa harga harus mahal karena harus dibeli di Jawa atau beli di wilayah ini dengan harga yang selangit. Untuk itu diperlukan wadah yang bisa mengakomodir seluruh keinginan untuk lebih maju tersebut kedalam bentuk kegiatan yang bermanfaat. Selain itu juga dalam rangka mensukseskan program pembangunan di Wilayah Nusa Tenggara Timur, khususnya dalam pengembangan Information & Communication Technology (ICT), maka diperlukan langkah promosi dan edukasi terhadap masyarakat.